Cerita Rakyat Trenggalek Cerita Rakyat yang paling terkenal di Trenggalek adalah certita tentang Minak Sopal. Dia merupakan Salah satu Adipati di kota Trenggalek Di ceritakan pada suatu masa daerah Trenggalek mengalami kesulitan pangan, Akirnya Menak Sopal membangun bendungan di daerah Bagong. Tetapi setelah bendungan tersebut jadi selalu rusak kembali. Ternyata itu akibat ulah dari siluman Bajul Putih. Atas keahlian dari Menak sopal akirnya bendungan tersebut bisa di selesaikan. Bagaimana cerita tentang Menak Sopal ?? Dari http://mulyonoibrahim.com Bagaimana dengan cerita tentang Menak Sopal ? Tidak jauh beda. Sebagaimana kita ketahui Menak Sopal adalah seorang pahlawan rakyat Trenggalek. Beberapa ahli sejarah Trenggalek yang pernah saya temui mengatakan bahwa Menak Sopal bukan saja seorang bupati pertama yang dikirim pemerintahan Demak, tetapi juga seorang da`i, penyiar agama Islam pertama di Trenggalek. Membicarakan kisah Menak Sopal, sama dengan membicarakan hal-hal ideal di masa lalu. Tentu dengan harapan bisa diwujudkan di masa sekarang. Setidaknya, penulis mencatat hal-hal berikut sebagai keistimewaan seorang Menak Sopal.Pertama, beliau adalah seorang yang sangat relijius dan seorang juru dakwah pertama di Trenggalek. Jejak-jejak relijiusitas ini bisa kita lihat dari langgam tata kota, dimana pendopo sebagai rumah dinas sang adipati selalu bersebelahan dengan masjid jami`. Ini memang tidak bisa dilepaskan dari kebijakan pemerintah Demak yang secara umum ingin menata sosial kemasyarakatan secara lurus dengan pedoman-pedoman yang tidak jauh dari nilai-nilai masjid. Maknanya adalah, ketika seorang bupati melakukan tugas-tugas kenegaraan maka agar tidak banyak mengalami “penyimpangan dan penyalahgunaan” wewenang maka harus dekat dengan masjid. Jadi, kalau ingin meniru Menak Sopal, maka para tokoh pemerintahan kita saya kira perlu memakmurkan masjid di sebelahnya. Atau dalam bahasa sekarang, birokrasi mesti dilambari dengan nilai-nilai iman dan taqwa. Ketika seorang bupati atau wakil bupati shalat jama`ah di masjid jami` hal itu bukan saja sebuah dakwah hal (nyata), tetapi adalah sebuah keteladanan yang secara psikologis sangat berpengaruh pada masyarakat di bawahnya. Kita sangat yakin, jika seandainya Menak Sopal hidup lagi dan terpilih menjadi bupati dalam pilkada, maka yang akan dilakukan adalah shalat dzuhur di masjid jami`..He..he… Kedua, Menak Sopal adalah seorang tokoh yang sangat mengerti skala prioritas. Kebijakan pembangunan beliau sangat menekankan apa kebutuhan riil warga masyarakat.Sehingga ketika melihat problem Trenggalek yang paling penting waktu itu adalah soal irigasi pertanian, maka beliau memprakarsai pembangunan bendungan (dam) yang kelak masyhur dengan sebutan Dam Bagong. Kebijakan-kebijakannya sangat menyentuh kebutuhan rakyat. Saya sangat yakin, jika seandainya Menak Sopal hidup lagi dan menjadi bupati, saya yakin beliau tidak akan mendirikan sebuah percetakan. Sebab, Trenggalek adalah agraris, tidak bisa lepas dari pertanian dan kehutanan. Rakyat belum begitu perlu dengan percetakan besar, sebab ini daerah belum mengarah menjadi daerah urban (berkarakter kota). Jadi sangat tidak relevan pemerintah membangun percetakan yang nilainya 7 Milyard : sebuah duit yang cukup besar. Mestinya duit yang begitu gede, bisa diarahkan untuk pengembangan pertanian atau industri berbasis pertanian. Sayang, Menak Sopal sudah tidak bersama kita lagi. Ketiga, Beliau adalah tokoh yang memiliki keberanian menegakkan kebenaran dan kebaikan. Banyak konflik yang muncul saat itu, terutama daerah-daerah yang masih bermasalah akibat konflik Majapahit-Demak. Namun Menak Sopal bisa menyelesaikan semua itu dengan berani dan bijak. Jika membicarakan sosok Adipati Menak Sopal banyak sekali nilai-nilai ideal. Sebab, dia adalah pahlawan. Semakin kita membahas sejarahnya, semakin kita rindu akan kehadiran figur seperti beliau. Memang agak sayang, bahwa kehadiran “Menak Sopal” saat ini hanya sebatas di pagelaran sebuah ketoprak. Bukan di dunia nyata.Wallahu a`lam. Dari http://pariwisata-trenggalek.com Berdasar pada Kitab Babon Sejarah Trenggalek, Kabupaten trenggalek telah dihuni manusia sejak ribuan tahun yang lalu, yaitu pada jaman pra-sejarah. Hal itu dapat dibuktikan dengan telah ditemukannya artifak-artifak jaman batu besar seperti: Menhir, Mortar, Batu Saji, Batu Dakon, Palinggih Batu, Lumpang Batu dan lain-lain. Benda-benda tersebut tersebar di daerah-daerah yang terpisah yang dimungkinkan di daerah tersebut adalah jalur perjalanan manusia Pemula. Berdasar data tersebut disimpulkan bahwa, perjalanan manusia Pemula berasal dari Pacitan menuju ke Wajak Tulungagung dengan melalui jalur: |
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
a. | Dari Pacitan menuju Wajak melalui Panggul, Dongko, Pule, Karangan dan menyusuri sungai Ngasinan menuju Wajak Tulungagung. | ||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
b. | Dari Pacitan menuju Wajak melalui Ngerdani, Kampak, Gandusari dan menuju Wajak Tulungagung. | ||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
c. | Dari Pacitan menuju Wajak dengan menyusuri Pantai Selatan Panggul, Munjungan, Prigi, dan akhirnya menuju ke Wajak Tulungagung. | ||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Menurut HR VAN KEERKEREN, Homo Wajakensis (manusia purba wajak) hidup
pada masa plestosinatas, sedangkan peninggalan-peninggalan manusia
purba Pacitan berkisar antara 8.000 hingga 23.000 tahun yang lalu.
Sehingga, disimpulkan bahwa pada jaman itulah Kabupaten Trenggalek
dihuni oleh manusia.
Walaupun banyak ditemukan peninggalan manusia purba, untuk
menentukan kapan Kabupaten Trenggalek terbentuk belum cukup kuat karena
artifak-artifak tersebut tidak ditemukan tulisan. Baru setelah
ditemukannya prasasti Kamsyaka atau tahun 929 Masehi, dapat diketahui
bahwa Trenggalek pada masa itu sudah memiliki daerah-daerah yang
mendapat hak otonomi / swatantra, diantaranya Perdikan Kampak
berbatasan dengan Samudra Indonesia di sebelah Selatan yang pada waktu
itu wilayahnya meliputi Panggul, Munjungan dan Prigi. Disamping itu,
disinggung pula daerah Dawuhan dimana saat ini daerah Dawuhan tersebut
juga termasuk wilayah Kabupaten Trenggalek. Pada jaman itu tulisan juga
sudah mulai dikenal. Setelah ditemukannya Prasasti Kamulan yang dibuat oleh Raja Sri Sarweswara Triwikramataranindita Srengga Lancana Dikwijayatunggadewa atau lebih dikenal dengan sebutan Kertajaya (Raja Kediri) yang juga bertuliskan hari, tanggal, bulan, dan tahun pembuatannya, maka Panitia Penggali Sejarah menyimpulkan bahwa hari, tanggal, bulan, dan tahun pada prasasti tersebut adalah Hari Jadi Kabupaten Trenggalek. Seperti halnya daerah-daerah lain, di jaman itu Kabupaten Trenggalek juga pernah mengalami perubahan wilayah kerja. Beberapa catatan tentang perubahan tersebut adalah sebagai berikut:
Wilayahnya dipecah menjadi dua bagian, yakni wilayah kerja Pembantu Bupati di Panggul masuk Kabupaten Pacitan dan selebihnya wilayah Pembantu Bupati Trenggalek, Karangan dan Kampak masuk wilayah Kabupaten Tulungagung sampai dengan pertengahan tahun 1950. Dengan terbitnya Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1950, Trenggalek menemukan bentuknya kembali sebagai suatu daerah Kabupaten di dalam Tata Administrasi Pemerintah Republik Indonesia. Saat yang bersejarah itu tepatnya jatuh pada seorang Pimpinan Pemerintahan (acting Bupati) dan seterusnya berlangsung hingga sekarang. Seorang Bupati pada masa Pemerintahan Hindia Belanda yang terkenal sangat berwibawa dan arif bijaksana adalah MANGOEN NEGORO II yang terkenal dengan sebutan KANJENG JIMAT yang makamnya terletak di Desa Ngulankulon Kecamatan Pogalan. Menurut bukti administrasi yang ada di Bagian Pemerintahan Kabupaten Trenggalek, nama-nama Bupati yang pernah menjabat di Kabupaten Trenggalek adalah:
|
Kamis, 08 Maret 2012
SEJARAH KOTA TRENGGALEK
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar